Pemberdayaan masyarakat adalah dua kata yang selalu digaungkan oleh banyak lembaga sosial di Indonesia atau bahkan lembaga donor dari luar negeri yang berkegiatan di Indonesia.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tersebar di berbagai sektor seperti pertanian, ekonomi, pendidikan, kesehatan bahan energi terbarukan yang dilakukan oleh IBEKA sejak berdiri pada tahun 1992.
Pembangunan masyarakat haruslah bersifat berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan daya yang dikeluarkan baik energi, waktu, tenaga juga dana tidaklah kecil. Sangat disayangkan jika hasil dari program tersebut hanya berjalan singkat atau bahkan tidak berjalan sama sekali.
Hal tersebut yang menjadi fokus dari IBEKA bagaimana mampu menghadirkan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan baik dari sisi SDM, teknologi dan juga daya dukung lingkungan.
Salah satu program IBEKA di energi terbarukan adalah PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikro hidro) di Kasepuhan Ciptagelar yang dibangun pada tahun 1998 dan masih beroperasi hingga saat ini.
IBEKA selalu menganggap masyarakat pada dasarnya bukanlah objek pembangunan namun sebagai subjek pembangunan.
Salah satu metode pendekatan yang digunakan IBEKA adalah Participatory Rural Appraisal (PRA). Metode ini berfokus pada keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengumpulan data, analisis masalah, dan perencanaan tindakan untuk memperbaiki kondisi dan pemberdayaan masyarakat setempat.
Baca Juga : Potensi Laut Indonesia: Menuju Status Negara Maritim Besar
Sejak berdiri pada tahun 1992 hingga saat ini IBEKA sudah melakukan program pemberdayaan masyarakat di lebih dari 450 desa di seluruh Indonesia dan lebih dari 1000 individu dengan berbagai latar belakang ikut berpartisipasi secara aktif.
Beberapa manfaat dari Participatory Rural Appraisal dalam pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman yang lebih baik tentang masalah dan kebutuhan: Dengan melibatkan masyarakat dalam proses PRA, para praktisi dan pengambil kebijakan dapat memahami masalah yang dihadapi oleh masyarakat dengan lebih mendalam. Informasi yang diperoleh berasal dari perspektif lokal, sehingga memungkinkan solusi yang lebih relevan dan tepat sasaran.
2. Penguatan partisipasi masyarakat: Dengan keter masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, PRA membantu meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam berbagai isu yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap kebijakan dan program yang mereka buat.
3. Peningkatan pemahaman lintas budaya: PRA memungkinkan praktisi untuk memahami dan menghargai keunikan budaya dan nilai-nilai masyarakat pedesaan. Ini membantu menciptakan kerjasama yang lebih baik dan menghindari konflik atau ketidakcocokan yang mungkin timbul karena perbedaan budaya.
4. Pengembangan solusi yang berkelanjutan: Dalam PRA, solusi yang diidentifikasi dan direncanakan bersama dengan masyarakat. Ini memastikan bahwa solusi tersebut relevan dengan konteks lokal dan sesuai dengan sumber daya dan potensi yang ada di masyarakat. Akibatnya, solusi tersebut cenderung lebih berkelanjutan dan mampu dipertahankan oleh masyarakat setempat.
5. Pengarusutamaan isu-isu penting masyarakat: Dengan melibatkan masyarakat dalam PRA, isu-isu yang dianggap penting oleh masyarakat dapat menjadi pusat perhatian dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan. Ini membantu meningkatkan efektivitas program dan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah atau organisasi non-pemerintah.
6. Meningkatkan kapasitas masyarakat: Melalui proses PRA, masyarakat dapat belajar dari satu sama lain dan dari praktisi atau ahli yang terlibat. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengatasi masalah lokal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dengan demikian, Participatory Rural Appraisal merupakan alat yang efektif dalam pemberdayaan masyarakat, karena menggabungkan pengetahuan lokal dengan keahlian praktisi untuk mencapai tujuan pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat.