SERUPA TAPI TAK SAMA : SOCIAL ENTERPRISE DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

gpuser

Social enterprise (usaha sosial) dan wirausaha sosial adalah dua konsep yang sering kali digunakan secara bersamaan, tetapi mereka memiliki perbedaan dalam nuansa dan fokusnya.

Merujuk pengertian dari British Council menjelaskan bahwa Perusahaan sosial adalah bisnis yang berdagang untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan di mana sebagian besar keuntungan yang dihasilkan akan diinvestasikan kembali ke dalam misi sosial mereka.

Sedangkan pengertian kewirausahaan sosial dalam website kemendikbud.go.id adalah gerakan dari permasalahan sosial yang diolah dengan inovasi untuk mencari peluang akan penyelesaian masalah tersebut.

Social enterprise pada umumnya merujuk pada jenis organisasi atau bisnis yang memiliki tujuan ganda: mencapai keuntungan finansial sambil juga mencapai dampak sosial yang positif.

Dalam social enterprise, menciptakan nilai sosial dianggap setara pentingnya dengan menciptakan keuntungan ekonomi.

Sedangkan wirausaha sosial fokus pada dampak sosial dan lebih menekankan pada kreativitas individu atau kelompok dalam menciptakan solusi inovatif untuk masalah sosial

Lalu bagaimana cara membedakan sebuah entitas lembaga adalah social enterprise atau kewirausahaan sosial?

Baca juga : Pemanasan Global dan Inklusivitas Ekonomi Indonesia

Berikut adalah ciri-ciri utama dari social enterprise :

1. Misi Sosial: Fokus utama dari social enterprise adalah mencapai tujuan sosial atau lingkungan tertentu. Mereka bertujuan untuk memecahkan masalah sosial, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, atau masalah komunitas lainnya.

2. Keberlanjutan Finansial: Meskipun tujuan sosial menjadi prioritas, social enterprise tetap harus menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang memadai untuk menjaga kelangsungan operasionalnya.

3. Inovasi: Social enterprise seringkali menggunakan pendekatan inovatif dalam mencari solusi untuk masalah sosial. Mereka mungkin menggabungkan elemen bisnis dan nirlaba, atau menciptakan model bisnis baru yang berfokus pada dampak positif.

4. Transparansi dan Akuntabilitas: Social enterprise cenderung lebih transparan dalam mengkomunikasikan tujuan sosial mereka dan dampak yang dicapai. Mereka juga sering berupaya untuk memastikan akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan.

5. Dampak yang Diukur: Social enterprise berupaya untuk mengukur dampak sosial atau lingkungan yang dihasilkan oleh aktivitas mereka. Ini dapat mencakup indikator kinerja sosial dan metrik lain yang spesifik.

6. Beragam Bentuk dan Ukuran: Social enterprise dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk organisasi nirlaba yang menggabungkan komponen bisnis, bisnis sosial yang dijalankan untuk tujuan sosial, atau model lain yang menggabungkan profit dan nirlaba.

Contoh-contoh social enterprise termasuk perusahaan yang menjual produk atau jasa dengan tujuan menghasilkan pendapatan untuk mendukung program sosial, seperti perusahaan yang memberikan pelatihan kerja bagi tunawisma atau menjual produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok masyarakat marginal.

Dalam beberapa kasus, organisasi nirlaba juga dapat memiliki divisi bisnis yang beroperasi sebagai social enterprise untuk mendukung misi sosial mereka. Social enterprise adalah contoh konkret bagaimana bisnis dapat berfungsi sebagai agen perubahan positif dalam masyarakat, dengan menggabungkan aspirasi sosial dan keberlanjutan ekonomi.

Bagikan:

Baca Juga

Leave a Comment