POLUSI UDARA DAN KEARIFAN DALAM ENERGI

gpuser

Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya saat ini sedang menghadapi tantangan serius dalam hal polusi udara. Tingginya tingkat polusi udara telah mengancam kesehatan warga karena berada jauh diatas ambang batas kesehatan.

Bahkan situs IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota besar dengan udara paling berpolusi nomor satu di dunia. Hal ini menandakan kondisi udara Jakarta tidak sehat.

Pada bulan Juni 2023 terdapat 102.475 kasus ISPA di DKI Jakarta (data Dinas Kesehatan DKI Jakarta). Hal tersebut mengindikasikan kondisi udara di Ibu Kota sangat mengkhawatirkan.

Data IQ AIR juga menyebutkan polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta selama 2024. Polusi udara juga menyebabkan kerugian sekitar US$2,1 miliar di Jakarta selama periode yang sama. Nilai tersebut setara dengan Rp. 32,09 triliun rupiah (kurs US$1=Rp. 15.280).

Masalah polusi udara memancing perdebatan tentang penyebab udara memburuk. Beberapa pihak menyalahkan PLTU berbasis batu bara sebagai penyebab buruknya kualitas udara Jakarta dan sekitarnya.

Pihak lain menuding kerndaraan bermotor adalah biang masalahnya mengingat jumlah kendaraan motor yang mencapai jutaan unit di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya memberikan keterangan bahwa pada dasarnya buruknya kondisi udara disebabkan oleh beberapa faktor. Dari beberapa faktor, kendaraan merupakan penyebab utama dari polusi udara.  

Ilustrasi polusi kendaraan bermotor (sumber : freepik)

“Ada beberapa faktor antara lain kemarau panjang, kemudian konsentrasi polutan, lalu ada emisi dari transportasi termasuk dari manufaktur industri,” kata Siti saat memberikan keterangan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/8/2023).

Dari keterangan tersebut menjelaskan bahwa sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar, industri energi sebesar 31% , manufaktur sebesar 10%, perumahan 14% dan komersial sebesar 1%.

Hal ini tidak mengherankan jika melihat data bahwa pada tahun 2022 saja ada 24,5 juta kendaraan bermotor yang 19,2 juta diantaranya adalah sepeda motor.

Hal yang patut kita renungkan adalah perubahan sosial saat ini menjadikan kita secara tidak sadar merusak alam yang pada akhirnya berefek negatif pada diri sendiri.

Baca juga : SDM VS SDA DALAM MEMBANGUN INDONESIA

Perubahan sosial yang menjadikan ekonomi sebagai tolok ukur utama sebuah masyarakat yang beradab menjadikan hal baik dan buruk hanya dipandang dari sudut pandang ekonomi.

Apa yang meningkatkan tingkat ekonomi mempunyai nilai baik. Apapun konsekwensinya bahkan jika harus mengorbakan masa depan.

Mengubah gaya hidup dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik bukan solusi terbaik.

Hal tersebut hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lainnya. Memproduksi energi listrik pun pada dasarnya menimbulkan polusi udara yang nantinya juga akan berdampak negatif.

Mengubah pola pikir/paradigma lebih penting daripada hanya sekadar mengubah perilaku yang tampak. Akar paradigma yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi adalah karena manusia menganggap pusat dari peradaban adalah manusia itu sendiri.

Antroposentrisme yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari segalanya menjadikan pemenuhan kebutuhan manusia adalah nilai mutlak. Tidak peduli pada kebutuhan makhluk lainnya.

Padahal di bumi ini, kehidupan adalah siklus. Semua yang manusia lakukan akan berbalik pada apa yang manusia dapatkan. Polusi udara hanya salah satu efek yang terlihat saat ini.

Paradigma antroposentris harus dirubah menjadi paradigma keseimbangan. Manusia dan alam masing-masing mempunyai peran. Manusia harus memainkan perannya dengan baik. Manusia memanfaatkan alam untuk hidup berarti juga harus menjaga alam untuk keberlangsungan kehidupan.

Bijak dalam memanfaatkan energi, bijak dalam memanfaatkan air dan bijak dalam memanfaatkan makanan adalah segelintir cara untuk menjaga alam.

Alam ini secara alami akan semakin menua. Namun bukan hak kita untuk mempercepat bumi untuk menua.

Bagikan:

Tags

Baca Juga

Leave a Comment