KEKERINGAN DAN DISKRIMINASI PEREMPUAN

gpuser

Kekeringan merupakan fenomena alam yang dapat berdampak serius pada kehidupan manusia.

Selain mempengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan air bersih, kekeringan juga ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap diskriminasi terhadap perempuan.

Salah satu dampak kekeringan terhadap perempuan adalah meningkatnya beban kerja yang mereka tanggung.

Di banyak masyarakat, perempuan memiliki peran penting dalam mengelola air dan mengurus kebutuhan rumah tangga.

Ketika sumber air menjadi langka akibat kekeringan, perempuan harus melakukan perjalanan yang lebih jauh dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendapatkan air bersih.

Ini dapat menyebabkan peningkatan beban kerja fisik dan mental yang memberikan tekanan tambahan pada perempuan.

Selain itu, ketika kekeringan melanda, sektor pertanian juga terdampak secara signifikan. Pertanian adalah salah satu sumber penghidupan utama bagi banyak perempuan di pedesaan.

Sejumlah erempuan mengangkut air di Pulau Rinca, Manggarai Barat- Foto : KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Kekeringan dapat mengurangi produktivitas lahan pertanian dan meningkatkan risiko kegagalan panen.

Akibatnya, perempuan yang bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian mereka akan menghadapi kesulitan ekonomi yang serius.

Penyakit akibat malnutrisi dan kelaparan juga dapat meningkat, terutama di wilayah yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang dibutuhkan.

Dalam keadaan krisis, sumber daya yang terbatas cenderung dialokasikan secara tidak adil, dengan pria sering mendapatkan prioritas akses terhadap air dan makanan.

Ini dapat memperburuk kesenjangan gender yang sudah ada, dan meningkatkan kerentanan perempuan terhadap kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan.

Perspektif yang beragam perlu dipertimbangkan dalam mengatasi pengaruh kekeringan terhadap diskriminasi perempuan.

Baca Juga : KRISIS PANGAN INDONESIA : TANTANGAN DAN SOLUSI

Langkah-langkah yang diperlukan termasuk pemberdayaan perempuan, peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, dan peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan.

IBEKA dalam perjalanannya selalu menekankan pentingnya inklusivitas dalam berbagai kegiatan termasuk dalam melakukan perencanaan program pembangunan desa.

Perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam berpendapat dan memilih jalan pembangunan desa.

Bagi IBEKA memastikan partisipasi aktif perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan terkait program pembangunan desa juga sangat penting.

Statistik dan penelitian yang relevan tentang pengaruh kekeringan terhadap diskriminasi perempuan adalah sebagai berikut:

  1. Menurut laporan UNESCO, perempuan di daerah yang terkena kekeringan biasanya menghabiskan 200 juta jam per hari untuk mengumpulkan air.
    Sumber: UNESCO
  2. Penelitian oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menunjukkan bahwa 60% perempuan di pedesaan bergantung pada pertanian untuk mencari nafkah.
    Sumber: FAO

Dalam rangka untuk mengatasi pengaruh kekeringan terhadap diskriminasi perempuan, upaya dan kebijakan yang berfokus pada inklusi gender dan pemulihan ekonomi perempuan harus didorong.

Dengan demikian, masyarakat dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil untuk perempuan yang terdampak oleh kekeringan.

Sumber:
UNESCO. World Water Development Report 2019: Leaving No One Behind. http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/SC/pdf/WWDEnglish.pdf

FAO. The State of Food and Agriculture 2010-2011 – Women in Agriculture: Closing the Gender Gap for Development. http://www.fao.org/3/a-i5175e.pdf

Bagikan:

Baca Juga

Leave a Comment