Dalam membangun sebuah negara atau bangsa, logika dan perencanaan yang matang sangat diperlukan.
Sebuah pembangunan tanpa didahului perencanaan matang sama saja dengan merancanakan kegagalan. Tentu hal ini berarti membuang sumberdaya dengan sia-sia.
Namun, tidak hanya perencanaan saja yang dibutuhkan. Ada satu hal lain yang tak kalah penting untuk membangun bangsa yang sejahtera dan damai, yaitu rasa (hati nurari).
Rasa yang dimaksudkan di sini bukanlah hanya aspek emosional semata, tetapi juga nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di dalam diri setiap individu maupun kelompok dari berbagai latar belakang.
Kita perlu membangun rasa yang bersih dan lurus agar dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan membangun bangsa yang lebih baik.
Keberadaan rasa dalam sebuah bangsa cukuplah penting.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia bukan karena SDM yang tidak kompeten namun lebih karena tidak adanya rasa dalam menjalankan tugasnya.
Semua lebih kepada logika bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga terjerumus dalam dorongan korupsi.
“CPI Indonesia tahun 2022 berada di skor 34/100 dan berada di peringkat 110 dari 180 negara yang disurvei. Skor ini turun 4 poin dari tahun 2021, atau merupakan penurunan paling drastis sejak 1995.” ungkap Wawan Suyatmiko, Deputi Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia
Indonesia tidak kekurangan orang-orang kompeten. Hal ini menunjukan bahwa dalam membangun sebuah negara peran rasa atau moral yang baik sangatlah penting.
Tidak hanya masalah korupsi, peran rasa juga dirasakan dalam menjaga kerukunan beragama dan toleransi. Menurut data dari Pew Research Center, pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke-4 dari 198 negara dalam indeks kerukunan umat beragama.
Di mana toleransi yang tinggi dari masyarakat Indonesia terlihat dalam keseharian, dengan saling menghargai dan menjaga keberagaman dalam masyarakat.
Peran rasa juga penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pada tahun 2019, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 besar negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Hal ini menunjukan bahwa peran rasa dari masyarakat Indonesia dalam menjaga lingkungan perlu ditingkatkan agar lingkungan bisa dipertahankan dan tetap lestari.
baca juga : MEMANFAATKAN POTENSI LAUT INDONESIA UNTUK KEMAJUAN INDONESIA
Tidak hanya itu, peran rasa juga penting dalam membentuk kepemimpinan yang adil dan bijaksana.
Seorang pemimpin yang memiliki rasa yang baik akan lebih mudah memahami kebutuhan rakyat dan tidak terjerat dalam kepentingan pribadi yang dapat merugikan masyarakat.
Dalam membangun rasa yang baik, perlu dilakukan pengembangan nilai-nilai moral sejak dini, di mulai dari pergaulan sehari-hari, keluarga dan lingkungan sekitar.
Sekolah sebagai tempat pembentukan karakter juga memegang peran penting untuk membentuk rasa yang baik pada siswa.
Pada akhirnya, tidak hanya logika saja yang diperlukan dalam membangun bangsa, rasa juga sangatlah penting.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara rasa dan logika dalam membangun sebuah bangsa, maka dapat memicu konflik, kerusakan, dan ketidakstabilan yang dapat merugikan masyarakat.
Maka, mari kita jaga rasa yang bersih dan tumbuhkan nilai-nilai moral yang baik dalam diri kita, agar dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan membangun bangsa yang lebih baik.
[Sumber]
- Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2022 – https://ti.or.id/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2022-mengalami-penurunan-terburuk-sepanjang-sejarah-reformasi/